AHMAD ADIB KAMALY

Bulan ini bulan yang begitu bersejarah buatku. Pada hari Kamis, 26 Juni 2014 buah hati pertamaku lahir. Sejak semalam istriku yang tengah hamil sembilan bulan tidak bisa tidur. Akupun ikut tidak bisa tidur menemani istri tercinta. Sulit sekali mata ini terpejam, seolah-oah akulah yang tengah mengalami kontraksi.

Pagi harinya, sewaktu kegelapan masih sedikit tersisa. Aku pergi ke rumah seorang bidan di desa tetangga, Bu Fauziyah. Beliau memintaku segera membawa istriku ke tempat prakteknya yang berada persis di belakang rumahnya. Segera kubawa motorku kembali pulang dengan kecepatan tinggi. Sejuk udara desa yang menyambut terbitnya mentari tak kuhiraukan lagi. Yang kuhiraukan hanyalah bisa segera membawa istriku menemui bidan tadi.


“Oh, ini masih buka satu, Mbak... masih lama. Sabar ya..” Kata bidan setelah sampai di tempatnya. Aku dan istriku mengangguk.
“Bolehkah kami pulang dulu?” seru istriku. Bu Fauziyah terlihat berfikir sejenak.
“Boleh, tapi nanti jam sembilan kesini ya..”
“Iya, Bu..”Aku melirik jam bulat di dinding atas pintu. Masih setengah tujuh. Kami pun pulang kembali.

Setelah jam sembilan aku memboncengkan istriku kembali ke tempat Bidan.
“Masih tetap buka satu ya, Mbak...” Bu Fauziyah mengernyitkan keningnya. “Ya sudah tunggu sini saja gak usah pulang. Kalau dekat kan saya bisa enak menentukan tindakan medisnya.”

Kami mengangguk. Selang beberapa waktu Ayah dan Ibuku datang. Ibu segera menanyakan beberapa hal tentang kondisi istriku. Kujawab bahwa harus menunggu karena masih buka satu. Akhirnya Ayah dan Ibu pun ikut menemani menunggu.

Agak siang, kakak sepupuku datang, cak Imam. Semenatara Cak Imam menemaniku, Ayahku pulang. Beliau bilang akan kembali setelah sholat duhur. Setelah ayahku pulang, Mufid temank, datang. Mufid yang juga teman Cak Imam menyalami kami berdua. Kami ngobrol di luar. Ibu dan Istriku di dalam.

Sekitar jam setengah lima sore, Bidan dibantu dua perawat membantu persalinan istriku. Cak Imam dan Mufid sudah pulang sejak tadi. Aku di samping istriku menggenggam erat tangannya. Aku tau dia sedang berjuang antara hidup dan mati. Aku tidak tega melihatnya berusaha keras melakukan persalinan. Mengejan dan terus mengejan. Tapi Alhamdulillah persalinan lancar. Itu juga karena arahan Bidan dan dua perawatnya.

Anak pertamaku ini laki-laki. Lahir tanpa menangis pada Kamis legi, 28 Sya’ban 1435 H. Namun setelah beberapa saat menangis juga, sebentar. Diinjeksi tidak menangis, Cuma senyum-senyum saja. Kami semua lega karena yang ditunggu-tunggu kini sudah keluar. Kubisikkan ditelinganya adzan dan iqomat. Kukatakan padanya selamat datang di dunia yang penuh tipu daya.

Malamnya datanglah kawan-kawan dan saudara. Mas por, Lek Dol, Mufid, Mas Duhron sekalian. Kami pulang dibantu mereka...

Ahmad Adib Kamali, Lahir Kamis Legi26 Juni 2014 M / 28 Sya’ban 1435 H.


Post a Comment for "AHMAD ADIB KAMALY"